Thursday, July 29, 2004

CUPLIKAN "DARMSTADT 1999"

Apakah cinta itu? Sesuatu yang diciptakan tapi tidak boleh dimiliki? Sesuatu yang ada sekaligus tiada? Sesuatu yang surreal? Lalu. siapa yang berhak meraih cinta? Orang bijak berkata bahwa cinta ada karena ditumbuhkan, bukan semata-mata lahir ke dunia. Bagiku itu bukan cinta, sebab cinta tidak mengenal sabar atau pengorbanan. Sebab cinta akan segera melambungkanmu ke tempat tertinggi, mengantarkanmu sejarak tak terhingga, menusukmu dari belakang dan mengoyakmu dari dalam. Membuatmu berkeping-keping, hancur dalam sesak tidak bertepi. Aku menginginkanmu. Aku tidak akan pernah puas sebelum memilikimu. Seluruh perasaan cinta, pencarianku, harapan, hasrat serta obsesiku tercurah padamu, dan itu semua masih belum cukup bagiku. Kau yang melenggang ke luar pintu.

Sedang wabah. Tengok blog kanan, lagi kasmaran. Tengok blog kiri, kembali bersemi. Apakah nge-blog bisa membuat para blogger tertular virus jatuh cinta dan terhanyut dalam wabah ini? Apakah karena sekarang lagi musim? Aneh juga, bisa bareng2 gitu....
Na ja, das ist doch normal.

Tuesday, July 27, 2004

KOPI DICINTA, LUWAK TIBA

Kenapa ya, background image gua nggak mau muncul? Padahal waktu layout-nya di-preview, doi mau muncul.. Begitu di-save dan re-publish, kagak mau.. Herannya lagi, kalo cuma repeat-x atau repeat-y, dia mau.. Huhuhu.... Siapa yang bisa tolongin gua? Ayo, coba jawab pertanyaan si Mpok??  Nanti Mpok kenalin deh sama si Luwak, temen Mpok yang baru.. Lha ini. Kewan ini gua temuin di sini, kasihan kayaknya. Jadi gua ajak pulang aja untuk mengisi salah satu postingan. Lucu sih...

Lagi kepikiran si background ngadat, eh, tanpa disangka tanpa diduga, gua harus begadang jadi kalong... Konon kabarnya pernah ada yang 'ngatain gua ini vampir, soalnya suka menghantui. Apa iya? Hehehe.. Gubrakkk... Pusing tujuh keliling tujuh turunan delapan tanjakan. Tapi tenang, saudara-saudara.... Vampir yang satu ini cuma doyan ngopi, nggak haus darah, wong liat pelem berdarah2 aja ngintip2..

Balik lagi ke soal begadang tadi. Kopi dicinta, luwak tiba. Tahu2, ada yang suplai Kopi Luwak sama gua.. Dialah si Mpok Lenong yang murah senyum dan ketawa, dan kadang2 nemenin gua ngupi juga di saat2 mata kita cuma 5 watt.. Mpok Lenoongg, makasih banyak yee!! Akhirnya kesampean juga dah aye cobain si Luwak dari kampung Kelapa Gading. Ternyata dia bener2 tidak sombong. Wanginya kagak diempet2, begitu dibuka bungkusnya, langsung kemana2. Dan begitu diseduh...rasanya pingin dicium2 terus itu kopi (sayang mau diminum, maksudnya? hehehe).

Kalo mau lihat, lha ini, pelakunya. Inilah si Luwak yang membuat hidung si Mpok kembang-kempis waktu baru nyeduh kopi. Imut banget 'kan?




Sunday, July 25, 2004

“GIRL, INTERRUPTED”
bunuh diri dan “gangguan kepribadian ambang”


Hal pertama yang muncul di kepala gua setelah beberapa saat nonton “Girl, Interrupted” adalah, “Hei, film ini seperti ‘One Flew Over the Cuckoo’s Nest’, tapi versi cewek.” Cerita film ini membuat gua kepingin tahu, apa sih sebenarnya borderline personality disorder yang diderita Wynona Ryder di situ? Apakah yang dimaksud “gangguan kepribadian ambang”?

Gua cuma pakai 2 referensi : tulisan psikolog Heman Elia, “Bunuh Diri Karena Masalah Sepele” dan Microsoft Encarta Encyclopedia Standard 2004 (yang bener2 ‘sakti’ dan mengasyikkan untuk dijelajahi). Sekadar memenuhi rasa ingin tahu gua yang jatuh simpati sama Susanna Kaysen (diperankan Wynona), penulis buku yang jadi dasar pembuatan film ini.

Ini sebagian kutipan tulisan Elia:

Masalah kepribadian yang paling banyak terkait dengan usaha bunuh diri "gangguan kepribadian ambang". Selain bunuh diri, penyandang gangguan ini juga memiliki masalah utama dalam relasi antarpribadi yang amat tidak stabil. Mereka cenderung argumentatif, cepat tersinggung, sarkastik, dan manipulatif dalam relasinya dengan orang lain. Acap kali mereka mengidealisasikan seseorang di satu saat dan memandang rendah orang yang sama itu sesaat kemudian.

Mereka juga sering merasa kalut karena dilanda ketakutan akan terputusnya relasi dengan sobat mereka. Karena itu mereka selalu berusaha menarik perhatian keluarga dan temannya. Namun ketika hubungan sudah terlalu dekat, mereka lalu bersikap bermusuhan untuk meyakinkan diri bahwa mereka sungguh berarti dalam pandangan orang lain. Jadi, bila kerabat atau teman-teman berusaha untuk tetap menjalin hubungan dengannya, ia akan meredakan sikap permusuhannya. Namun bila tidak, ia mungkin akan bunuh diri.

Pada penderita “gangguan kepribadian ambang”, bunuh diri merupakan salah satu ciri ketidakmampuan mereka mengendalikan dorongan untuk merusak diri. Secara sosial, bunuh diri juga dilakukan sebagai upaya menarik perhatian orang lain atau peringatan agar sobatnya tidak memutuskan relasinya. Kehampaan hidup mendalam yang mereka hayati disertai gambaran diri yang tidak stabil membuat mereka amat dekat dengan ide-ide tentang bunuh diri.

Diduga, jumlah penderita “gangguan kepribadian ambang” mencapai dua persen dari seluruh populasi. Sekitar 75 persen adalah wanita dan sekitar 75 persen dari penderita pernah mengalami penganiayaan secara fisik atau seksual di masa kecil.

Salah satu unsur kuat penyebab penderitaan ini adalah faktor genetik. Mereka diketahui memiliki kadar serotonin rendah. Padahal, serotonin berfungsi mengendalikan tingkah laku impulsif seseorang. Selain itu orang tua atau famili dekat penderita umumnya adalah mereka yang juga memiliki masalah kecemasan, depresi, masalah kepribadian, atau masalah kejiwaan lainnya. Mereka memiliki keluarga masa kecil yang secara emosional tidak ekspresif, tidak erat berhubungan satu dengan yang lain, dan ada dalam situasi konflik besar. Dengan kata lain, penderita mengembangkan kepribadiannya yang bermasalah dalam suatu situasi keluarga yang bermasalah.

Kutipan dari Encarta :

“Gangguan kepribadian ambang” ditandai dengan ketidakstabilan perilaku terhadap orang lain, serta ketidakstabilan suasana hati (mood) dan citra diri (self-image). Sedangkan gangguan kepridian sendiri bukan penyakit mental yang cenderung muncul secara mendadak, namun biasanya terkait dengan tekanan (stress) tertentu. Gangguan kepribadian berkembang secara perlahan, seiring bertambahnya usia penderita, dan diduga sangat dipengaruhi lingkungan dan pola pengasuhan.

Disebutkan juga, orang bisa disebut menderita gangguan mental, karena dia berperilaku, berpikir atau merasa secara berbeda dari kebanyakan orang. Bagaimanapun, perilaku yang paling luar biasa dan aneh sekalipun bisa jadi masuk akal, ketika dipahami mengapa orang itu berpikir dan merasa seperti itu.

Sebenarnya gua kurang berminat dengan ilmu psikologi. Mungkin karena gua merasa ilmu ini seakan terlalu menyederhanakan “isinya manusia” yang serba nggak tentu itu. Atau mungkin juga karena gua nggak suka dicap, dinilai, dihakimi, nggak suka kalau ada yang bilang “Anda termasuk tipe orang begini atau begitu.”

Sempat terlintas di pikiran gua, bahwa “orang gila” bisa dilihat sebagai pribadi paling bebas dan jujur, karena mereka (tampaknya) tidak memiliki satu hal pun yang harus ditakuti atau ditutupi. Seperti kata-kata Susanna Kaysen di akhir film itu yang sangat menyentuh :
“Gila bukanlah berarti menjadi hancur, atau menutupi sebuah rahasia gelap.
Gila adalah diriku dan dirimu, yang diperjelas.”



Sunday, July 18, 2004

ADA TARI PERUT DI TENGAH ARISAN... :)
 
Geng Arisan ketemuan lagi Jumat 16 Juli kemarin di Anatolia, Kemang, dengan host Mpok Nana. Kali ini cuma Imel yang nggak muncul. Waah, beneran sibuk ibu yang satu ini.. Tapi, meskipun kurang satu oknum, obrolan tetap aja seru. Seperti biasa Ojox yang paling lucu kalo cerita. Right on, Sister! Gua mendukung banget sikutanmu pada si kondektur bus yang emang suka “semena-mena” sama ibu-ibu, hehehe…
 
Tapi kenapa ya, makannya pada nggak abis? Lagi pada diet? Apa karena porsinya untuk londo, jadi kebanyakan? Tapi gua tetap bertanggung jawab, kan, Len? Mungkin gua terpengaruh juga sama temen kantor gua Mpok Yoe. Katanya, kalo makan nggak dihabiskan kita jadi temennya setan. Jadi inget waktu belajar ngaji di masa kecil. Kalo nggak melakukan ini atau melanggar itu, nanti ‘di sono’ kita disetrika. Hiii.. Atau mungkin karena udah pada pernah ‘ngerasain masakan Turki asli, jadi kurang ‘nendang’? Mungkin juga akibat bumbu dan cara masak yang sudah diindonesiakan? Memang lain dengan kebab buatan orang Turki, ya, Na? Ngomong-ngomong... tempatnya sendiri cukup nyaman, suasananya remang-remang eksotik, tapi Ojox jadi takut ke toilet sendirian (bukan hemat listrik, kan, Jox?).
 
Lalu, yang nggak pernah ada di tempat arisan lain, si belly dancer. Unik juga, meskipun terus terang gua nggak tahu gimana gerakan tari perut yang bener. Tapi karena ini bukan hal biasa, tamu2 kayaknya cukup terhibur. Menurut pendapat umum Geng Arisan, penarinya kurang pas karena bukan orang Turki. Bisa jadi gerakannya terlalu teknis, jadi kurang menjiwai. Seperti orang Jepang bakalan susah menari Flamenco, atau seperti para londo yang menari Bali di tempat les tari gua dulu, gerakannya kaku bangeet... Menari harus dengan penjiwaan. Tari Bali itu susah, gerakan dan posisinya “sangat-sangat-sangat” diatur. Duh, jadi kangen nari Panji Semirang atau Kebyar Duduk. Atau tari Tenun, yang bikin gua -meskipun masih di SD- jadi bisa ngerasa “cewek banget”. Gerakan menenun itu kok bagi gua terasa seksi, ya? Jangan bayangin goyang dangdut ABCD itu, karena jelas lain dan nggak bisa dibandingin. Pokoknya, tari Bali itu susah tapi cantik! (Jadi inget tari Saman yang diajarin Nana. Gilingan, susahnya…) 
 
Selain update kabar masing2, arisan kemarin dilengkapi atraksi keahlian Ojox bermain pisau. Wah, belly dancer-nya kalah seru deh Jox dengan kemampuan ente ini. Gile, udah disingkirin itu pisau, gua kasih yang baru masih diembat juga…hehehe. Bulan depan giliran ente kan, Mpok? Di rumah? Atau mau bikin lagi selain di rumah? Up to Mama deh, aye percaya kalo ente jadi host, bakalan nggak kalah seru… See you next time, Ibus!


PETISI TOM MAUSER
 
Tom Mauser adalah ayah Daniel Mauser, salah satu siswa korban penembakan di SMA Columbine, AS. Tragedi ini termasuk yang diceritakan dalam film dokumenter karya Michael Moore, "Bowling For Columbine". Tom mengajukan sebuah petisi untuk memperpanjang larangan pemakaian senapan serbu (misalnya AK-47) yang akan segera berakhir masa berlakunya. Lewat e-mail, dia meminta sejumlah blogger untuk mencantumkan site Tom's Petition di blog masing2, dengan harapan si blogger mendorong para pembaca blog ikut menandatangani petisi itu. Berhubung gua bukan warga AS dan nggak punya kapasitas untuk menandatangani petisi (walaupun untuk mencantumkannya gua tetap harus sign-up), site Tom's Petition itu tetap gua cantumkan di side bar (tuh, di sebelah kanan). Kali-kali aja ada yang pingin tahu info soal ini, silakan klik di situ. Atau bagi yang belum tahu kisah Daniel Mauser dan penuturan soal meningkatnya tindak kekerasan di kalangan siswa sekolah di AS, coba deh tonton "Bowling For Columbine".
 
PS : Film terakhir Michael Moore yang juga fenomenal, "Fahrenheit 9/11", sudah ada bajakannya yang hasil intipan. Sayang, terjemahannya ancur. Kabarnya versi DVD akan beredar sekitar bulan Oktober 2004.

Thursday, July 01, 2004

BOHEMIAN RHAPSODY

Ada sesuatu yang menusuk-nusuk dalam diri gua, membuat gua merasa perih. Entah apa namanya. Gua tidak bisa melihatnya karena sesuatu itu tidak berwujud. Dan meskipun punya wujud, gua pun pasti tidak akan tahu apa namanya. Kata beliau, "Apalah arti sebuah nama?"

"Baik, Paduka Yang Mulia."

Berulang kali gua berusaha mengusir rasa tidak enak itu. Sesuatu ini tidak berwujud, tapi gua tetap merasa sangat terusik, terganggu, terinvasi.. Kembalikan gua ke kondisi gua yang dulu..!! Jangan halangi jalan gua..!! Minggir! Gua mau lewaaat..!! Mungkin gua salah teriak? Mungkin bukan itu obatnya. Teriak-teriak sambil menumpahkan sumpah serapah. Mungkin semua ini baru bisa pulih setelah gua lari berkilo-kilo, atau lari sprint keliling lapangan sampai mual kepingin muntah seperti waktu dulu gua ujian praktik mata pelajaran olahraga di SMA. Di bawah pengawasan mata melotot pak guru sangar tapi pura-pura. Kampret! Betapa gua membenci semua bentuk otoritas. Memangnya kalau lari saya nggak cepat, saya nggak tahu gimana cara punya badan sehat? Memangnya kalau nilai fisika saya merah, saya nggak boleh jadi insinyur? Memangnya... Ya, benar. Anda. Anda yang tetap berdiri tersenyum-senyum, melihat kekecewaan di mata saya dengan puas. Senyum Anda memang boleh, melelehkan semua perempuan. Tapi, setelah saya ingat dalam-dalam, itulah senyum terdingin yang pernah saya lihat. Dasar fasis.

Sudahlah. Toh semua itu sudah terjadi, lama sekali. Lagi pula, manusia adalah makhluk merdeka. Ngapain saya membuktikan diri saya pada siapa-siapa? Ngapain saya mencari pembenaran dari siapa-siapa? Ngapain saya harus menyenangkan Anda, Anda dan Anda?

Bingung. Dua hari libur plus tiga hari cuti rupanya masih kurang buat gua. Tapi hari ini gua merasa agak terhibur. Baru beberapa menit tiba di kantor, gua diminta ikutan survey ke lokasi kemping, untuk acara departemen. Supaya ada pendapat perempuan, katanya. Bagus lah, kebetulan gua memang masih "holiday lag". Dan gua butuh udara segar.

Cibodas. Kaki Gunung Gede. Kabut. Hijau pohon-pohon. Lari, sepi, tidur.

Retrospeksi. Teringat makan mie instan sepiring berenam. Teringat tidur beralaskan rumput di Alun-Alun Suryakencana, berpayungkan terik matahari. Teringat segarnya minum air hujan campur norit yang ditampung di botol plastik. "Air habis. Minum air hujan aja, gua bawa norit." ........ Hm, kalian semua sekarang sudah jadi orang-orang terhormat, berdasi, rapi dan wangi. Mungkin semua kenangan itu sudah samar-samar tertinggal di kepala, tertutupi berlapis-lapis kenangan lainnya. Tentu, doa gua menyertai kalian, demi kehidupan yang mungkin terasa semakin rumit. Sebab, sekarang bukan hanya puncak Gede lagi yang harus kalian taklukkan, tapi puncak...karier, kemapanan, produktivitas. Kehormatan. Martabat..... Gengsi? Dulu hidup kita memang lebih dipenuhi simbol-simbol. Atau yang terjadi justru sebaliknya?

Tapi gua beruntung bisa merasakan kembali semuanya hari ini, walaupun hanya sejenak. That's right. It's that sensation. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain mendapatkan kesempatan kedua untuk merasakan sesuatu yang kaurindukan. Deja vu?
"Hidup adalah sebuah siklus. Kita pasti akan merasa kembali ke suatu titik di suatu masa, cepat atau lambat, dan mengulangi kembali sekelumit dari apa yang pernah kita alami".

PS : Teruntuk mereka yang senantiasa berjuang dalam bekerja