Wednesday, May 19, 2004

MIND OPENER #3

Si Mpok wrote :

Jadi, sekarang siapa yang tidak kewalahan menghadapi kapitalisme? Bahkan RRC yang segitu tertutupnya akhirnya mau juga masukin produk2 Amerika. Dulu saya kenalan sama wanita RRC, dia pegawai negeri. Hidup dari doktrin, komunis sejati. Dia nggak percaya sama sekali kalau di Tian An Men ada mahasiswa tewas seorang pun, sebab dia bilang itu cuma propaganda AS. Tipuan TV AS. Mendengar ucapan dia yang begitu ngotot, saya jadi terbuka. Gila, bagaimana kalau ternyata dia nggak sepenuhnya salah? Maksud saya, mungkin dia salah waktu bilang nggak ada korban sama sekali dan memang di TVnya sono dia cuma lihat mahasiswa pawai. Tapi siapa yang menggerakkan di atas semua itu? Cina? AS? Sekarang mana yang lebih jahat? Keterbukaan yang menjadikan kita seperti ini, atau penyeragaman yang membutakan? Saya jadi inget film X-Files, informasi dan disinformasi, teori konspirasi, semuanya sangat menarik, tapi sekaligus bikin pusing kalau dipikirin. Jangan2 kita ini korbannya men in black...

Mungkin nggak, yang punya TV diatur sama yang punya power? Udah, kasih masyarakat hiburan yang murah, gampang dicerna, heboh.. seperti Inul itu. Soalnya sebentar lagi mau ada momentum besar yang tidak boleh tercium massa. Alihkan perhatian orang pada Inul, grak! Tuh, kan kalian untung juga, dapat iklan membanjir..(aduh, kebetulan lagi, tadi pagi saya baru ikut bantuin ngerjain program yang ada Inul-nya, tiga lagu pula. Saya juga kurang suka sebenarnya, tapi namanya kerja nggak mungkin nolak...ihik!)

AC wrote :

Saat ini saya lebih banyak mengaitkan berbagai fenomena sosial dan alam dgn agama. Semakin saya pelajari semakin banyak yang saya pahami mengapa fenomena2 tsb bisa terjadi. I am sure I can share this notions with you since you're very open-mind. Kadang2 saya diskusi dgn org lain mengenai hal itu suka nggak nyambung. Jadi males deh. Tapi saya ngerti kenapa. Seringkali kesimpulan2 yg saya munculkan bertolakbelakang dgn kebanyakan orang. Lagi2 hal tsb krn didasari oleh paradigma yg berbeda. Ambil contoh soal Tiananmen yg kamu cerita itu. Memang akhirnya pasti akan muncul konflik apakah suatu informasi perlu dan hrs disebarluaskan atau tidak. Jawabannya bukan bersifat logika apalagi hukum, akan tetapi moral. Dimana moralitas kita bila kita menyebarluas kan suatu yang menyebabkan masyarakat menjadi chaos & hostile? Pertanyaan moralitas yg sama berlaku juga sebaliknya. Setelah membaca berbagai keterangan dlm buku2 agama serta berdiskusi dgn beberapa ulama, akhirnya jawabannya menjadi mudah bagi saya. Menurut konsep dlm Islam, perlu atau tdk perlunya informasi mutlak didasarkan apakah hal itu memiliki manfaat bagi masyarakat, atau malah menjadi madharat/mafsyadat yang merusak. Bagaimana kita menilai segi manfaat atau madharat itu, ya tentunya dgn menggunakan kriteria dlm agama lagi. Itu aja. Nah, kamu amati kan seperti apa kalangan media menggembar-gemborkan kebebasan pers mereka? Berapa banyak dari mrk yg memiliki moralitas yg baik?

1 Comments:

Blogger mpokb said...

Wah, gw kagak nyebut mau memberantas media kok, apalagi memang masih ngamen di situ (huh, dapat ide dari mana tuh? :P. Mau nggak setuju saham go-public, tapi ngelepas saham kantor juga masih nunggu2. Gw cuma berharap terus munculnya orang2 yg membawa perubahan dan pencerahan, misalnya Michael Moore itu, yg semangat dan konsisten kumpulin info terus buat film nggak semata2 demi dapat Oscar, tapi karena punya misi dan tanggung jawab yg pada suatu waktu pasti diminta pertanggungjawabannya. Moga2 nggak basi bang..

12:58 PM  

Post a Comment

<< Home