Sunday, May 23, 2004

Lagi-lagi kasus penyiksaan TKW

Malu nggak sih kita ini? Melindungi ‘aset’ sendiri nggak bisa? Itu kan arti mereka bagi kita selama ini? Apakah itu tidak menjadikan kita tuan2 yang kejam? Apakah kita masih boleh merasa lebih mulia daripada majikan penyiksa para TKW, sedangkan kita secara tidak langsung juga ikut menikmati hasil cucuran keringat (dan darah) mereka? Dan kita seperti kerbau dicocok hidung saat menghadapi tuan2 feodal kita, sulit melepaskan diri dari ketergantungan selama ratusan tahun.

Saya cukup yakin, tidak ada anak perempuan yang bercita2 menjadi pembantu, apalagi pakai disiksa segala. Atau bercita2 menjalani trafficking terselubung. Saya katakan terselubung, karena terlepas dari legalnya suatu pernikahan campuran, kehidupan si perempuan belum tentu lebih baik daripada budak. Contohnya sudah banyak. Dan mereka mengadu untung. Orang bilang, itu pilihan hidup. Pilihan hidup untuk disiksa, dijadikan budak?

Bagaimana dengan illegal trafficking? Saya nggak berani membayangkan bagaimana kehidupan mereka di sana. Bagaimana perlahan2 mereka berubah menjadi zombie, menjadikan siksaan lahir dan batin sebagai bagian kehidupan, mematikan semua emosi, membuang kemampuan berpikir dan nalar, melupakan harapan dan cita2 sebab kenyataan yang mereka hadapi sehari2 tidak memerlukan semua itu. Mereka cuma dijadikan alat dan diperas. Emosi, akal, harapan dan cita2 hanya akan menjadi racun yang perlahan2 mematikan. Mustahil bagi mereka memiliki semua itu. Ini fakta. Tidak ada hubungannya dengan ajaran komunis yang katanya menyetarakan agama dengan candu (sembari menciptakan bentuk berhala dan penuhanan yang lain). Tapi terserah. Saya bukan bicara ideologi.

Tolonglah.. Berapa biaya yang harus saya keluarkan untuk ‘operasi militer’ ke sana? Kamu menghabiskan miliaran demi kedaulatan negara. Katakan, berapa miliar yang saya butuhkan demi membela kedaulatan mereka yang dinistakan tanpa janji2? Berapa yang harus saya bayar untuk menjamin setiap orang untuk hidup tanpa ketakutan, layak tercukupi kebutuhan minimalnya, tanpa direnggut harga dirinya sebagai manusia?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home