KENAPA VAN GOGH BUNUH DIRI?
Kenapa Van Gogh bunuh diri? Saya nggak ngerti...
Dia itu kan sangat religius, dia pekerja keras. Dia tidak egois, bahkan selalu ingin berbagi dengan sesama.. Kenapa dia berhenti lalu bunuh diri...? Apakah karena dia tiba2 merasa bahwa semua realitas di dunia ini ternyata hanyalah kumpulan ilusi fana? Apakah karena dia tahu bahwa "realitas yang sesungguhnya" baru akan terjadi setelah kematian? Apakah dia melakukannya karena ketidaksabaran untuk bertemu realitas sejati itu? Bahwa apa pun yang dia lakukan ternyata tidak membuat perubahan berarti sepanjang hidupnya, lalu dia kecewa? Atau dia merasa dunia ini hanya perhentian sia-sia?
Tapi kenapa? Bukankah dia religius?
(Duh, kalau saja kamu ada di depan saya sekarang... Lagi2 saya kepingin menyentuh dan menghitung kerutan di dahi kamu...)
Kenapa Van Gogh bunuh diri? Saya nggak ngerti...
Dia itu kan sangat religius, dia pekerja keras. Dia tidak egois, bahkan selalu ingin berbagi dengan sesama.. Kenapa dia berhenti lalu bunuh diri...? Apakah karena dia tiba2 merasa bahwa semua realitas di dunia ini ternyata hanyalah kumpulan ilusi fana? Apakah karena dia tahu bahwa "realitas yang sesungguhnya" baru akan terjadi setelah kematian? Apakah dia melakukannya karena ketidaksabaran untuk bertemu realitas sejati itu? Bahwa apa pun yang dia lakukan ternyata tidak membuat perubahan berarti sepanjang hidupnya, lalu dia kecewa? Atau dia merasa dunia ini hanya perhentian sia-sia?
Tapi kenapa? Bukankah dia religius?
(Duh, kalau saja kamu ada di depan saya sekarang... Lagi2 saya kepingin menyentuh dan menghitung kerutan di dahi kamu...)
10 Comments:
Untuk mencari eksistensi diri.
Mungkin lo....
Kadang dibalik orang yang keliatan pendiam, religius dan baik hati, ada semacam pergulatan batin yang luar biasa yang lebih parah dan mumet dibanding orang yang keliatannya kebalikannya, Mpok.
Aye jadi inget ama si Yasunari Kawabata, sastrawan peraih Nobel dari Jepang ntuh. Die dikenal pendiem, eh tapi matinya bunuh diri juga.
Si Ernest Hemingway juga kayak gitu. Tapi matinya juga di ujung pestol.
Ada yang pernah bilang, kalo seniman itu banyak yang mati tragik, kalo nggak bunuh diri, ya kecelakaan, ataw ilang nggak jelas juntrungannya. Percaya nggak percaya, tapi justru dengan cara matinya yang kayak gitu lah yang ngebuat mereka dikenang.
Just a thought, Mpok ... =)
[dausz!]
theoldmaid : Sungguh suatu paradoks -kalau bukan ironi-bila untuk mencari eksistensi ("menjadi ada") seseorang harus melewati proses peniadaan dirinya (scr fisik). Kemungkinan yg bisa diterima, meskipun gw nggak yakin berlaku dlm kasus Van Gogh.
daus : Bener juga, mengingat seumur hidup lukisan Van Gogh cuma laku satu. Setelah meninggal, baru orang2 kasih perhatian dan nyariin karyanya ke mana2. Mungkin para seniman itu melihat sesuatu yg tidak terlihat oleh orang lain, ya?
Van Gogh, katanya mengidap bipolar disorder. Para pengidap bipolar disorder kalo ngga segera ditangani, ujung-ujungnya (dan kebanyakan) bunuh diri...
Tapi...
Entahlah...
Pendekar-pendekar eksistensialis bilang bunuh diri adalah jawaban tuntas dari perlawanan mereka terhadap absurditas. Ujung dari kebenaran terakhir yang mereka gak bisa jawab secara rasional: ke mana setelah mati? Menerima jawaban dari kaum relijius berarti ingkar terhadap filosofi eksistensial mereka. Penasaran... so daripada dijemput maut, mereka nylonong duluan.
Van Gogh bukan eksistensialis tapi relijius....??
theoldmaid : Kesehatan mental Van Gogh memang turun. Sayangnya dia bunuh diri dalam masa perawatan. Thanx infonya, Non Fia :)
Anonymous : Thanx atas infonya. Saya jadi tergelitik, haruskah eksistensialisme bertentangan dengan agama? Misalnya soal takdir. Bila seseorang meyakini takdir, bukan berarti dia kehilangan peran untuk mengubah nasib, kan? Atau....ada pendapat lain?
This comment has been removed by a blog administrator.
Setahu saya, para eksistensialis ada yg percaya bahwa maut tidak berarti apapun, ada juga yg mengatakan bahwa maut menjadi penghalang kebebasan manusia, tapi ada pula yg menganggap maut sebagai puncak eksistensi diri. Tambah bingung-kan?
Para penganut aliran eksistensialis yg atheis menganggap jika manusia bergantung/percaya pada Tuhan maka ia bukan individu yg bebas karena segala tindakannya sudah ditentukan oleh agama. Jadi, Tuhan tidak ada juga agama (sbg alatnya). Penolakan terhadap Tuhan sebagai pencipta ini tentu bertentangan dengan aliran eksistensialis yg relijius.
Nah! Pertanyaannya, Van Gogh masuk aliran yg mana?
Atau mungkin dia sependapat dengan Nietzche bahwa "Tuhan telah mati?"
---> Van Gogh boleh saja relijius, tp kadang orang bisa kehilangan rasa percayanya, termasuk pada Tuhan & agama.
Just my 2 cent loh...
theoldmaid : sepertinya kok gw jadi pingin egois dengan menyimpulkan kalo Van Gogh bunuh diri "simply" karena dia nggak tahan dengan sakit jiwanya atau ada yang "kurang" dalam masa perawatannya.. Thanx bgt Fi, atas infonya lagi. Van Gogh menurut gw bukan seorang eksistensialis, dan mungkin di saat2 terakhir sudah terlalu "menderita" (dan lupa bahwa dia religius).
Egois juga ga papa kok Mbak...
Analisa Mbak bisa jadi bener.. soalnya, ada banyak kasus orang bunuh diri karena "judheg" dengan penyakitnya.
Apapun itu, kematian memang misteri Ilahi...
Sepandai apapun kita, ga mungkin bisa mengungkap semua rahasia dibaliknya. :)
Post a Comment
<< Home