Sunday, June 06, 2004

KUAT DAN TEPERCAYA

Mau milih siapa ya tanggal 5 Juli nanti? Jadi ragu nih milih atau nggak.. Gimana, ya? Dari sekian calon, kelihatannya nggak ada yang masuk kriteria gua. Padahal, katanya, sebagai warga negara yang baik, kita harus menggunakan hak pilih, termasuk memilih pemimpin, meskipun dia hanya “yang terbaik dari yang terburuk”.

Dari sekian kriteria bagi pemimpin, menurut Quraish Shihab di “Lentera Hati”, minimal seorang pemimpin harus kuat dan tepercaya. Hm, seru juga nih ngeliat capres-cawapres yang sekarang. Sekarang, coba bayangin tongkrongan mereka satu per satu...

+ Kalo soal kuat, kayaknya nggak ada yang diragukan lagi deh..
- Kuat jalan?
+ Pasti.
- Kuat makan?
+ Jelas.
- Kuat begadang?
+ Rajin kuliah, masa’ nggak pernah begadang..
- Kuat ngomong?
+ Politisi kalo nggak ngomong, terus mau makan apa?
- Kuat narik becak?
+ Terbukti.
- Kuat di tempat tidur?
+ No comment lah.. Eh, lo salah alamat nih, tanyanya ke pasangan masing2 dong..
- Terus, masa’ kuatnya di segi fisik semua, Om? Nggak imbang dong. Jadi orang harus objektif, gitu.
+ Dari segi mental, wah, mesti panggil psikolog kayaknya. Gua kurang paham. Tapi, mereka kalo tampak luar sih sopan2 semua, berani, waras, ramah, full senyum, setia kawan.. Mudah berteman. Buktinya, gandeng sana-gandeng sini.. Cium sana, cium sini. Mesra bow, bikin cemburu.
- Antikorupsi nggak, Om?
+ Semua sih ngakunya begitu. Lagian, pasti sudah ada screening, kok.
- Kok percaya begitu saja? Memangnya yang melakukan screening sudah di-screening?
+ Tanya melulu lo, kayak tamu. Gini aja deh, mereka itu kan bukan orang sembarangan. Relasi dan temannya banyak, tapi saingan pun juga banyak. Apalagi pengusaha, kalo mentalnya nggak kuat, nggak mungkin sukses. Terus tentara, mana ada orang bermental loyo mau jadi tentara?
- Ya juga, ya.. Terus kalo tepercaya, gimana, Om?
+ Kok lo dari tadi manggil gua “om”, sih? Gua cewek, tahu!
- Enakan manggil om, biar lebih akrab. Lagian kalo manggil tante, nanti gua dikira brondong.
+ Sok imut banget lo.. Brisik lagi. Mau tahu nggak siapa yang gua percaya dari mereka semua?
- Ho’oh. Siapa?
+ Gua nggak tahu. Kepercayaan itu nggak bisa diukur, karena terkait dengan perasaan.
- Ah, kalo gitu, perasaan lo, siapa yang bisa dipercaya?
+ Itu dia.. Gua takut terkecoh lagi sama perasaan gua. Kebanyakan main perasaan sih.
- Susah ya jadi perempuan…
+ Apa hubungannya? Milih itu kan memang pakai perasaan. Mana mungkin lo milih sekolah nggak pakai perasaan. Milih pekerjaan nggak pakai perasaan. Milih istri nggak pakai perasaan. Milih baju aja pakai perasaan. Ayo mau ngomong apa?
- Tapi ini masalah urgen. Skala nasional! Menyangkut harkat hidup orang banyak!!!
+ Lo ini gimana sih? Justru itu. Kita harus lebih hati2 menentukan pilihan, dipikir masak2, jangan asal tembak.
- Coblos, maksud lo?
+ Rese lo, kebanyakan protes.
- Ya sudah lah. Kesimpulannya, gua jadi ikut bingung milih presiden.
+ Sejujurnya sih, ada capres yang gua nilai bagus, tapi kok milih cawapres-nya nggak seimbang. Giliran cawapres bagus, capres-nya yang gua nggak sreg.
- Kita cari kriteria lain deh, bego2an. Eh, jangan2 banyak yang milih dengan kriteria begini, saking nggak tahu musti milih siapa. Lagi2 fisik.. Yang ganteng aja deh.
+ Hah?
- Ya lah.. Masak sih, lo nggak mau punya pemimpin ganteng. Kayak Putin yang gagah atau Koizumi yang funky itu.. Jadi, kalau foto bareng presiden lain kan nggak malu2in.
+ Lo kok sekarang jadi berubah orientasi gitu? Tapi bener juga, ya… Tapi yang mana? Kalo ada yang ganteng mirip2 Kiefer Sutherland boleh juga sih.. Atau Bang Rizal Mallarangeng yang sumringah dan kalo ngomong loncer itu.. kikikikikik…suit-suit..!
- Tuh, kan? Lo kan akhirnya bisa juga nyoblos pakai kriteria bego tadi.
+ Manusia tuh nggak ada yang sempurna, Cing. Nggak ada. Mustahil kita ngaku diri kita paling ini-paling itu. Jujur aja apa adanya.
- Gua ngerti kok maksud lo. Presiden juga manusia, jadi boleh salah, asalkan bertanggung jawab. Gitu kan arah omongan lo? Terus, jadinya lo milih siapa dong?
+ ……….Wah, gua nggak bisa ngomong.. Nanti nggak rahasia lagi dong…

4 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Di dunia bola, Inggris nyewa orang swedia (Goran Erichson) buat nglatih pasukannya. Alhasil, nggak ada lagi pro-kontra, berantem antarpemain, ketidakpercayaan dari masyarakat seperti pada saat dikomandani oleh pribumi Inggris sendiri.
Krisis pemimpin (baca: presiden) di Indonesia, jangan-jangan mirip dengan realitas dunia bola itu. Kita sudah tidak lagi punya kepercayaan pada tokoh-tokoh yang sudah dan sedang beredar saat ini.
Dunia kita (indonesia) adalah sebuah kampung besar yang penuh paradoksal ekstrim. Kaya-miskin, educated-uneducated, modern-zaman batu, agama-klenik, dll. Dan yang paling menyedihkan dari kondisi itu, bias dari kesenjangan-kesenjangan yang ada itu sangat kompleks dan bahkan pada akhirnya kita dibuat bingung cuma untuk membedakan orang kaya (tapi korup) dan orang miskin, fakta dan takhyul, sains dan fantasi..
Dan sekarang, pada saat kita dihadapkan pada lima pilihan sekalipun, tetap saja ada istilah "satu di antara yang terburuk"!!!?

BTW, seorang Bina juga full of paradox..
Aku nggak ngira dunia 'intelektual kekinianmu' sebegitu meriah, cerah, dan warna-warni. Bina yang fisik, adalah sosok pendiam, terkesan peragu, formal.
But I am glad to know the essayist side of you.

-pak dhe-

11:51 AM  
Anonymous Anonymous said...

After baca komen Pak Dhe...tul nggak gue bilang waktu kite berlime ke Carrefour naek mobil Pidi....he he!

See...

12:03 PM  
Anonymous Anonymous said...

Aku udah posting komen ini tapi kok gak masup ya...
Percaya kan sekarang apa gua kata...inget waktu kita berlima naek mobil Vidi mau ke Ambasador...
He..he..he!

12:14 PM  
Anonymous Anonymous said...

Ke Carrefour yang kapan sih?!

4:52 PM  

Post a Comment

<< Home