Tuesday, June 01, 2004

THE HEAVEN OF PEUCANG
(lanjutan - sumbangan AMGD)


Hampir 3,5 jam kami naik perahu tampaklah didepan sebuah pulau kecil dengan pantainya yang indah..ya itulah Pulau Peucang yang selama ini hadir dalam impian kami namun sekarang jadi kenyataan yang hadir didepan mata. Perahu segera ke tepi dan merapat ke dermaga kecil untuk segera menurunkan kami semua. Kami semua begitu senang, hingga tak buru-buru ke cottage namun foto-foto dulu di dermaga kecil itu bak foto model yang sedang mengadakan pemotretan. sudah hampir maghrib kami tiba disana hingga kami langsung menuju ke penginapan untuk berbincang-bincang dan makan malam. Posisi villa yang menghadap ke lapangan bebas membuat kami bebas memandang monyet-monyet yang berkeliaran, kijang, rusa dan biawak yang sedang bermain-main. Asyik sekali memang..kami dan beberapa teman pun bermain-main dengan rusa yang kelihatan jinak tersebut. Malam hari kami banyak bercerita dengan Bang Pinor dan rekan-rekan disana mengenai Badak bercula satu. Konon ceritanya hewan ini adalah satwa satu-satunya didunia yang ada di Ujung kulon dan masih tersisa sampai saat ini. Diperkirakan jumlah badak bercula satu ini hanya sekitar 40 - 60 ekor yang tersebar di taman konservasi Ujung Kulon. Tidak gampang untuk dapat bertemu dengan hewan ini karena badak bercula satu ini punya penciuman dan pendengaran yang sangat tajam. Menurut bang Pinor, "Hewan ini bisa mencium keberadaan manusia dalam radius 500 meter". Para peneliti harus menghabiskan waktu berhari-hari untuk bertemu dengan hewan ini, itupun kalau beruntung. Badak dewasa panjangnya rata-rata 6 - 8 meter dan beratnya antara 700 kg - 1000 kg. Karena beratnya ini jejakan kaki dan lengusannya pun bisa terdengar dari jarak ratusan meter. lagi-lagi tidak ada yang bisa kita katakan..hanya luar biasa...pantas saja perhatian masyarakat dunia khususnya yang peduli akan kelestarian hewan ini sangat concern sekali. Mari kita dukung gerakan pelestarian badak ini..!!

Minggu ( 05 oktober 2003 ) pagi-pagi sekali kami segera menyeberang lagi ke Cidaun yang terletak di Ujung kulon berhadap-hadapan langsung dengan Pulau Peucang. Bedanya kalau Cidaun tergabung dengan Pulau Jawa tapi kalau Peucang terpisah dengan P.Jawa ( lihat peta ). kami hanya menempuh 10 menit untuk sampai ke Cidaun, dan perjalanan ke dalam diteruskan dengan jalan kaki dengan dikawal oleh Jagawana ( Polisi kehutanan). Rata-rata tanaman yang ada di dalam hutan ini adalah tanaman yang berduri hingga nama lain dari hutan ini dikatakan dengan hutan berduri. Kurang lebih 300 meter berjalan ke dalam sampailah kami di savana ( padang rumput ) tempat berkumpulnya para hewan-hewan. Pagi itu terasa sepi, namun kami masih beruntung masih ada puluhan banteng yang bermain-main disitu. Tapi tak lama kemudian mereka bubar karena ternyata bisa mencium kehadiran rombongan kami. Sesaat setelah mengelilingi savana kemudian kamipun kembali ke Pulau Peucang untuk mandi dan berenang di tepi pantai.

Jam 10.00 ( Minggu, 05 Oktober 2003 ) kami pun bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Rupanya angin selatan dalam perjalanan pulang kali ini lebih dahsyat dari perjalanan berangkat kami. Ombak dan angin yang menjadi satu membuat perahu jadi basah kuyup termasuk penumpangnya. kami pun hanya bisa diam menahan rasa takut dan tegang akan keganasan air laut ini. Perahu naik turun tak beraturan seiring dengan deburan ombak yang tak mengenal kompromi ini. hampir 3 jam kami melawan ombak yang membuat jantung kami semua hampir tak berdetak. Akhirnya setelah melewati ganasnya angin selatan yang membawa ombak daratan Paniis mulai kelihatan dan ombak perlahan-lahan mulai tidak ada. Perasaan lega dan bahagia menghinggapi hati kami semua seiring dengan pasir putih Paniis yang kelihatan dari jauh. Sebelum perahu merapat ke pantai kami semua pun terjun ke laut kemudian berenang ke tepi untuk merayakan perjalanan ke Pulau Peucang yang asyik dan menegangkan. Perjalanan ini akan kami kenang selamanya....

Peucang sebuah epos keindahan yang tidak terlupakan...
I left my heart in Peucang......

AMGD

0 Comments:

Post a Comment

<< Home