Thursday, April 08, 2004

SEANDAINYA HIU ADALAH MANUSIA

“Seandainya hiu adalah manusia,” tanya gadis kecil putri pemilik rumah yang disewa Tuan K, “apakah mereka akan bersikap lebih baik pada ikan-ikan kecil ?”

“Pasti,” jawab tuan K.

“Seandainya hiu adalah manusia,
mereka akan membangun kandang-kandang yang kokoh di dalam laut bagi ikan-ikan kecil, dengan aneka bahan makanan di dalamnya, nabati maupun hewani. Mereka akan memperhatikan agar kandang-kandang itu selalu berisi air segar, dan akan memenuhi segala persyaratan kesehatan. Misalnya, jika seekor ikan kecil terluka pada siripnya, maka akan segera dibalutlah lukanya, sehingga ia tidak mati meninggalkan hiu-hiu sebelum waktunya.

Agar ikan-ikan kecil tidak bermuram durja, maka sesekali diselenggarakanlah pesta pora dalam air; karena ikan-ikan kecil yang gembira akan terasa lebih lezat daripada ikan-ikan kecil yang murung.

Tentu saja di dalam kandang besar itu juga ada sekolah-sekolah. Di sekolah, ikan-ikan kecil akan mempelajari cara berenang yang baik dalam rahang hiu. Mereka akan diajari, betapa paling hebat dan paling eloknya si ikan kecil jika ia rela berkorban, dan betapa mereka harus memercayai para hiu; terutama jika hiu-hiu itu berkata bahwa mereka hanya akan selamat di masa depan jika mereka belajar untuk bersikap patuh. Terhadap semua kecenderungan yang rendah, materialistis, egoistis dan marxistis, ikan-ikan kecil harus bersikap waspada dan segera melapor pada para hiu, jika melihat salah satu dari ikan-ikan kecil menyiratkan kecenderungan seperti itu.

Seandainya hiu adalah manusia,
tentu mereka juga akan menggagas peperangan di antara ikan kecil, agar mereka menjajah ikan-ikan jenis lain dan menguasai kandangnya. Para hiu akan membiarkan ikan-ikan kecil miliknya memimpin peperangan. Mereka ajari ikan-ikan kecil, bahwa di antara mereka dan ikan-ikan kecil kepunyaan hiu-hiu lainnya terdapat perbedaan yang teramat besar. Para hiu akan mengumumkan bahwa ikan-ikan tersebut diketahui tuli, tapi mereka membisu dalam bahasa-bahasa yang sangat berbeda, sehingga tidak akan mungkin memahami satu sama lain. Setiap ikan kecil, yang dalam peperangan berhasil membunuh sejumlah ikan kecil lain yang memusuhinya dalam kebisuan bahasa yang asing, akan disemat dengan tanda jasa yang terbuat dari ganggang laut dan dianugerahi gelar pahlawan.

Seandainya hiu adalah manusia,
mereka tentu akan menyediakan kesenian. Akan ada lukisan-lukisan cantik yang di dalamnya terpampang taring-taring hiu berwarna indah, menggambarkan rahangnya sebagai taman hiburan yang suci, tempat untuk bermain ke sana-sini dengan mewah. Sandiwara dasar laut akan menunjukkan, bagaimana ikan-ikan kecil yang gagah berani berenang-renang di dalam rahang hiu dengan gembira, dan musik pengiring begitu merdunya, sehingga ikan-ikan kecil, di antara kemerduan orkestra di depannya, akan berbondong-bondong masuk ke dalam rahang hiu dalam lamunan dan buaian pikirannya yang paling nyaman.

Tentu saja juga ada agama, seandainya hiu adalah manusia.
Para hiu akan mengajari, bahwa ikan-ikan baru bisa memulai hidup dengan sempurna jika mereka telah berada di dalam perut hiu.

Selain itu, seandainya hiu adalah manusia, semuanya akan berakhir jika semua ikan kecil memiliki kedudukan yang sama, seperti sekarang. Maka, beberapa dari mereka akan dijadikan pejabat dan diberi kedudukan di atas yang lain. Bahkan sebagian ikan yang lebih besar diperbolehkan memangsa ikan-ikan yang lebih kecil. Hal ini menguntungkan para hiu, karena mereka sendiri jadi lebih sering mendapat mangsa yang lebih besar. Dan ikan-ikan yang besar dan memiliki jabatan itu akan mengatur di antara ikan-ikan kecil, siapa-siapa yang menjadi guru, pegawai, insinyur dan seterusnya, di dalam kandang.

Pendek kata, di dalam laut benar-benar baru akan ada kebudayaan, seandainya hiu adalah manusia.”

CATATAN :
Tulisan ini diterjemahkan dari buku teks pelajaran bahasa Jerman. Aslinya karangan Bertolt Brecht "Wenn die Haifische Menschen wären". Begitu baca dan membahas pertama kali di kelas, gua langsung tertarik dengan gaya bahasanya yang sharp dan cenderung sinis. Gua pribadi melihat, isi tulisan sedikit banyak ada kemiripan dengan kondisi di Indonesia (meskipun ada rentang waktu jauh, juga perubahan iklim politik dengan masa tulisan ini dibuat). Ini bagus untuk bahan pemikiran, makanya gua pakai untuk belajar penerjemahan, nggak bosen biarpun sampai berkali-kali revisi...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home