Wednesday, June 16, 2004

AGAIN, INDOTVWATCH

E-mail account gua dipenuhi e-mail dari milis indotvwatch. Kebanyakan isinya masih perkenalan, tapi banyak juga cercaan, ungkapan kekecewaan.. Akhirnya bisul itu harus pecah juga. Gua lihat kritikan itu lebih mengarah ke stasiun TV tempat gua kerja. Hm, stasiun ini sudah bikin gerah banyak orang.

Beberapa peserta milis sudah buat rencana kopi darat tanggal 2 Juli sebagai langkah awal pembentukan organisasi ITW itu, meskipun ada juga 1-2 orang yang skeptis. Pilihan tempat untuk kopi darat disebutkan di Bale Air. Walah, kok ya pas dekat kantor... Kalo lagi ada "perayaan" or sekadar iseng, gua sama temen2 kantor cukup jalan kaki ke sana. Memang suasananya cukup akrab dan menyenangkan untuk hang-out di udara terbuka, apalagi kalau malam lagi cerah2nya.. Anyway, seandainya organisasi itu memang terbentuk, kemungkinan besar gua akan memutuskan untuk tidak bergabung, tanpa meninggalkan milis. Terus terang, gua masih dan akan butuh milis itu untuk feedback. Demi hasil pekerjaan. Bisa dibilang gua bersyukur karena termasuk orang yang mencintai pekerjaannya tanpa harus jatuh cinta pada perusahaan. Meskipun saat melihat isi milis, gua jadi teringat pada hal yang gua alami sehari2. Jangan2 selama ini kita2 terlalu sibuk ngurusin hal teknis? “Gimana supaya telop nggak muncul saat iklan? Gimana supaya gambar nggak ‘jump’? Gimana supaya audio ‘mix’ bisa jadi ‘split’? Gimana menyingkat kalimat tanpa melanggar kaidah bahasa?” Dan gimana-gimana lainnya, sehingga akhirnya kita lalai, kita kerja ini sebenarnya dalam rangka apa.

Kemarin sore gua ikut orientasi yang diadakan divisi training HRD, soal marketing. Di situ kecurigaan jadi lebih terjawab, terutama mengenai tayangan2 nggak bermutu yang seliweran di TV tempat kerja gua. Orang departemen programming dan produksi sempat terpojok saat dipertanyakan mengenai kualitas produk tayangan. “Mbak programming” yang duduk di sebelah gua sampai membela diri, dia dan orang2 divisinya sering kali menegur production house, supaya membuat program nggak terlalu sadis, porno, norak, dlsb. Tapi produk seperti itu selalu ada. Dan pemasang iklan percaya bahwa rating program norak itu pasti tinggi. Bahkan ada peserta orientasi yang terang2an tanya, “Berapa sih setoran kita pada AC Nielsen?” Ujung2nya memang konsumen yang dirugikan. Sudah harus bayar, diajak hidup konsumtif, masih dicekokin hal2 yang nggak ada gunanya. Produk2 “jaga image” alias “jaim” yang mahal semacam film2 Hollywood harus digeser ke tengah malam, sebab kenyataannya nggak laku di mata pemasang iklan. Siapa yang peduli kalau penonton harus begadang lama2 nungguin film bagus?

Sometimes I get the sense of being alienated whenever my view is different from the popular view, but then again, what’s more important? They say that if you want to play safe, you have to play by the rule. But even rules are relative, aren’t they? Mirip yang dibahas Phillip C. McGraw di “Ten Laws of Life”. “There’s no reality, only perception.” Nah, gua suka cara pandang seperti ini. Dan gua percaya, sekecil apa pun hal yang terjadi, pasti ada alasannya. So I guess that depends on how we look at things. Lagian, kalo dalam diskusi semua berpendapat sama, untuk apa diskusi? Kalau nggak nyambung, mungkin referensinya yang beda. Mungkin ada yang bisa kita ambil dari situ? Gua cenderung netral jika ada konflik 2 kubu, tapi jeleknya, jadi seperti cari aman juga. Maunya gua berusaha toleran dengan semua pendapat, menghargai mereka yang ‘garis keras’ atau yang cuek. Sebab, kalau semua isi kepala sama, maka tugas manusia sudah selesai. ‘Mission accomplished. You may now go back to the base.’

Sebenarnya gua pun merasa nggak enak waktu rekan2 berbondong2 ke DPR untuk memrotes RUU Penyiaran, sedangkan gua nggak ikutan. Tapi gua nggak bisa mengabaikan konflik dalam diri sendiri. Kalau yang diprotes pembatasan operasi, mungkin itu terkait dengan modal yang sudah telanjur dikeluarkan untuk investasi stasiun TV. Tapi masalah kebebasan versus sensor, gua ragu. Sedangkan lembaga sensor yang ada selama ini saja kebobolan terus. Sepertinya TV sudah semakin longgar, kok. Jadi, nggak adil rasanya kalau gua ikut dalam sesuatu yang nggak gua yakini tujuannya. “Gua nggak percaya pada sistem,” itu saja alasannya. Dianggap nggak kompak juga nggak apa deh. Masalahnya, kalaupun ada aturan yang jelas pun selama ini tidak pernah dijalankan dengan baik. Dan celah itu dimanfaatkan benar2 oleh pihak yang profit-oriented. Kenapa celah itu bisa ada?

Salah satu staf bilang, terlalu naif jika mekanisme kontrol dan pendidikan anak2 diserahkan sama TV, orang tualah yang harus bisa membatasi waktu nonton TV. Untuk sementara, sebelum ada perubahan, gua pun setuju dengan dia. Mendingan keponakan2 gua yang masih kurcaci2 itu disuruh main sepeda atau manjat pohon, daripada nonton tayangan aneh. Jatuh lecet sedikit juga nggak apa2 deh…



5 Comments:

Blogger mpokb said...

Wadhuh Mas, saya sebenarnya nggak suka pengkotakan2 seperti itu..(istilah "terpinggir", "termarjinalisasi" atau "buangan" pun - IMHO - sudah merupakan pengkotakan). Yang pasti hanya satu, setiap orang adalah unik dan merupakan "dunia tersendiri" yang menarik untuk diselami.
BTW, thanks pinjaman buku "Surat-surat Iwan Simatupang"-nya. Exploring his mind is always really a wonderful journey.

4:41 PM  
Anonymous Anonymous said...

Mpok B..aye juga prihatin kok liat acara TV. Sedih banget rasanya ngeliat sinetron ABG yang sekarang ngajarin ABG jadi pade kejam. Jadi banyak ide2 kejam buat ABG kita. Masa temennya mau dimusnahkan cuman gara2 rebutan pacar. Ih..gak bangget deh. Pliss deh. Kasihan ABG kita ya..kalo mereka kepengaruh kan bahaya.
Mpok C

10:48 PM  
Blogger mpokb said...

Ya Mpok, aye juga makin kuatir... Apa sebaiknya pesawat TV kite dijual aje ye? Lumayan kali buat modal ngelenong.. :(

11:09 PM  
Anonymous Anonymous said...

Mpok Bi...kalo' ente nulisnye ampek sebajeg gituh...ane yakin lame-2 ente gile sendiri...
Ane mah cuman bise berdoe...moge-2 semue aman tenteram, tertib, damai...kalo kagak ente ikut si Manurung aje dech..masup hutan gituh...he he he!
Mpok Yoe.

11:57 AM  
Blogger mpokb said...

Ogah ah Mpok, 'ntar temen ngupi aye siape? Wau-wau?

6:44 PM  

Post a Comment

<< Home